RADARDEPOK.COM, DEPOK – Selama 73 tahun, Universitas Indonesia (UI) terus berupaya melakukan pengembangan riset demi terciptanya produk-produk inovasi yang bermanfaat untuk Indonesia.
Melalui kolaborasi dengan mitra dari pemerintah, pelaku bisnis, dan komunitas, sivitas akademika UI menciptakan produk-produk yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan industri.
Produk inovasi ini bervariasi mulai produk alat kesehatan, makanan sehat, produk kecantikan, material maju, aplikasi teknologi informasi, alat transportasi, serta produk layanan edukasi.
Kepala Biro Humas dan KIP UI, Amelita Lusia mengatakan, saat ini UI berhasil mencatat 1.155 daftar inovasi yang terdiri atas 1.098 Hak Cipta, 42 Paten Nasional Terdaftar, 1 Paten Internasional Terdaftar, 7 Paten Granted, 1 Merek, dan 6 Desain Industri.
“Produk UI yang berhasil didaftarkan dalam Hak Cipta berupa buku, buku panduan atau petunjuk, jurnal, karya ilmiah, modul, karya tulis, karya rekaman video, dan program computer,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk Paten, sebanyak 42 Paten Nasional meliputi 18 paten biasa dan 24 paten sederhana; 1 Paten Internasional berkaitan dengan energi; dan 7 Patent Granted merupakan inovasi di bidang rekayasa keteknikan, kesehatan, energi, kosmetika, dan transportasi.
Pada peringatan Dies Natalis Ke-73, UI mengusung tema “Inovasi untuk Indonesia Unggul” sebagai wujud keseriusan peran akademisi dalam memberikan kontribusi bagi Indonesia.
Menurut Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya menjadi produsen artikel di jurnal ilmiah, tetapi juga harus mampu melihat dampak penelitian, peluang policy action, serta engagement dengan mitra industri, pemerintah, dan masyarakat.
“Karena itu, hasil penelitian harus diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dihilirisasi sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh secara masif masyarakat,” ucap Prof. Ari Kuncoro.
Sejauh ini, terdapat 33 produk inovasi yang sudah dilisensikan kepada industri untuk diproduksi dan dikomersialkan.
Dari 33 produk tersebut, 20 di antaranya merupakan produk kesehatan, 7 rekayasa keteknikan, 3 inovasi bidang sosial humaniora, 2 dari bidang pangan, dan 1 bidang pertahanan dan keamanan.
Mitra-mitra yang sudah memproduksi produk inovasi UI tersebar di berbagai wilayah, yaitu 13 mitra di Jawa Barat, 6 mitra di DKI Jakarta, 3 mitra di Jawa Timur, 2 mitra di Jawa Tengah, dan 1 mitra di Banten.
Beberapa produk yang dilisensikan menghasilkan royalti ratusan juta rupiah ke UI yang akan disalurkan kepada peneliti pada 2023.
Produk-produk karya sivitas UI sudah dikomersialkan melalui e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagai produk unggulan hasil inovasi Perguruan Tinggi.
Produk-produk yang telah secara masif diproduksi dan digunakan oleh masyarakat, antara lain Covent 20 (Ventilator Darurat), Swab Stick (bahan habis pakai untuk tes PCR), Implan Mata, Propolis (suplemen kesehatan dari bahan dasar madu), dan DBD Kit (alat deteksi cepat demam berdarah).
Pada 2022, UI telah merima royalti dari CV Bartec Utama Mandiri atas hasil penjualan Ventilator Covent-20 dengan total royalti mencapai Rp186.260.000,00 atau sekitar sepertiga dari biaya investasi awal UI kepada CV Bartec Utama.
Ventilator dengan harga bersaing dan kualitas baik ini merupakan produk inovasi alat kesehatan hasil kolaborasi peneliti UI dari Fakultas Teknik (FT), Fakultas Kedokteran (FK), serta Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP).
Selain itu, UI juga melisensikan berbagai produk inovasi dalam bentuk jasa layanan edukasi. Beberapa di antaranya adalah UKMIndonesia.id sebagai layanan edukasi bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dan dibimbing.id sebagai platform belajar daring.
Produk-produk ini telah dipasarkan secara massal dan rentang pendapatan perusahaan sebagai dampak penjualannya berkisar 3–14 milyar rupiah untuk masing-masing produk.
Atas capaian ini, UI berkomitmen untuk terus mendorong para peneliti, khususnya sivitas akademika UI, agar menghasilkan produk inovasi dalam negeri dengan harga dan kualitas terbaik yang bermanfaat bagi masyarakat luas.